Rabu, 27 Mei 2015

Cerpen - Sahabat Makan Teman

Hai, perkenalkan namaku Agus Rianto kalian bisa memanggilku dengan sebutan Agus atau Anto. Aku adalah seorang Siswa di salah satu SMAN di daerah tempat tinggalku. Sekarang aku duduk di kelas 12 atau lebih sering di sebut orang kelas 3 SMA. Kepribadianku sebagai seorang siswa sekaligus seorang anak dari keluarga sederhana, namun menurutku sudah cukup lumayan dan menyenangkan. Orang - orang mengenalku sebagai anak yang biasa saja dan sederhana. Aku terlahir sebagai anak ke 2 dari 3 bersaudara.

Hari ini tepatnya Hari senin, dan waktunya aku u tuk bangun pagi untuk mempersiapkan segala sesuatu keperluan sekolah agar tidak terlambat untuk pergi ke sekolah dan mengikutii upacara bendera.

Aku berangkat ke sekolah selalu barengan dengan kakakku Adi, karena dia juga kuliahnya selalu masuk pagi. Menurutku tidak ada salahnya jika aku ikut nebeng dengannya meskipun hanya sampai di depan sekolah. Lagi pula arah antara sekolahku dan kampusnya searah.

Setibanya aku di sekolah, kekasihku yang bernama Trie Aprilia atau yg kerap di panggil dengan sebutan Lia sudah menantikan kehadiranku di depan kelas. Itu sudah menjadi kebiasaannya setiap pagi.

"Pagi, Agus jelek... Kenal sama aku gak?" tanyanya seakan - akan gak kenal denganku

"Morning to, Lia bawel,,, aku gak kenal kamu... Emang kamu pengen banget ya di kenal sama aku?" jawabku seraya bertanya balik.

"Mau dong di kenal seorang cowok ganteng kayak kamu..." jawabnya sambil memegang daguku

"Ihh lebay, tadi bilangnya jelek... Sekarang bilang ganteng. Mana yang bener nih?" tanyaku sambil memgang rambutnya.

"Hehe, ya deh. Hmm.. Kita kekantin yuk, nongkrong di sana."

"Gak ah, nanti saja kalau jam istrahat kita kekantin nongkrong sambil mojok. Sebentar lagi kan bell masuk akan berbunyi dan kita harus ikut upacara, Lia sayangku, cintaku..." kataku menolak ajakannya.

"Ya, iya.. Gak asyik" jawab Lia terlihat kecewa dengan jawabanku.

Pagi itu kami mengikuti upacara bendera selama kurang lebih setengah jam dan setelah itu kami masuk ke dalam kelas. Aku dan Lia satu kelas. Hari ini adalah hari yang cukup membosankan dengan guru yang membosankan. Semua serba membosankan di harii senin. I don't like this today.

Pelajaran berlangsung dengan lancar dan cukup membuatku bosan dan dengan tidak ikhlas sekaligus malas - malasan aku pun mengkuti pelajaran. Bel pun berbuny tanda jam istirahat telah masuk. Cacing di perutku pun sudah berteriak gembiira karena sebentar lagi akan aku isi dengan makanan. Aku dan pacarku Lia segera menuju ke kantin, akan tetapi di tengah perjalanan aku bertemu dengan sahabatku, dari SMP kami sudah satu sekolah. Namanya Ryan Adiputra biasa di panggil dengan sebutan Ryan. Dia menghampiri aku dan pacarku Lia.

"Hei,,, pada mau kemana nih? Aku ikut kalian boleh?" kata Ryan

"Hmm... kita mau ke kantin, ya sudahlah kalau kamu mau ikut" kataku mengiyakan.

Kami bertiga pun berjalan ke arah kantin, Lia pacarku berpndah. Dia berjalan di dekatnya Ryan. Sebenarnya di dalam pikiranku sempat berpikiran negativ tapi aku berusaha berpikir positv thingking aja. Mana mungkin Ryan mau menghianati aku, dia kan sahabatku dari sejak kami SMP.

Ketika kami sampai d kantin sekolah, Aku duduk dekat Lia, akan tetapi di sampingnya Lia ada Ryan. Lagi - lagi pikiran negativ ku menyerang kepalaku. Sebenarnya apa yang telah terjadi dengan mereka? Kalau di lihat dari bahasa tubuhnya, mereka sudah sangat dekat. Hush, ngomong apa aku ini? Ryan sahabatku. Mana mungkin dia seperti apa yang aku pikirkan. Tapi aku melihat tatapan mata Lia ke Ryan sangat tajam.

"Beibz, kamu mau makan apa? Biar aku pesankan sama ibu kantin." tanyaku

"Hmm... Aku pesan bakso saja ya. Kalau kamu pesan apa Ryan?" tanya Lia ke Ryan

"Aku juga pengen makan bakso sama seperti Lia." kata Ryan sambil tersenyum.

Jujur melihat tingkah mereka yang seperti itu aku merasa sakit. Apalagi ketiika Lia menawarkan makan kepada Ryan. Aku merasa seperti tidak di anggap sama sekali. Tapi lagii dan lagi aku mencoba untuk berpikiran positiv terhadap Lia dan Ryan. Karena bagiku mereka adalah orang yang sangat berarti dalam hidupku.

Tidak begitu lama menunggu, akhirnya makanan yang aku pesan tadi datang dan kami langsung melahapnya sampai habis. Setelah selesai makan, Ryan langsung pamit untuk ke kelas terlebih dahulu. Jadi di situ tinggal aku dan Lia yang masih duduk diam di kantin sekolah. Kesempatan ini aku manfaatkan untuk bertanya kepada Lia.

"Lia, kelihatannya kamu dekat sekali dengan Ryan? Kamu suka Ryan?" tanyaku penasaran.

"Tidak, aku tidak menyukai Ryan. Aku cuma cinta kamu sayang. Kenapa? Kamu cemburu ya?" tanyanya kembali sambil menjulurkan lidahnya.

"Aku? Cemburu? Tidak. Lagi pula aku tidak menaruh rasa curiga sedikit pun kepada kalian" jawabku. di mulut aku berkata seperti itu. Tapi jauh di lubuk hatiku, aku merasa cemburu dan sakit.

"Hmm... Baiklah Agus sayang, dengar ya. Aku cuma sayang sama kamu dan gak ada cowok lain di hatiku selain kamu" kata Lia sambil memegang tanganku.

"Baiklah, aku percaya padamu."



Selama jam istirahat berlangsung, aku dan Lia bercanda bersama layaknya anak muda yang sedang di mabuk asmara.

Seharian kami melalui hari seniin, dan seharian pula lah aku merasa bosan dengan pelajaran yang membuatku pusing. Pulang sekolah aku sudah berjanj kepada Lia untuk pergi ke Mall.

"Beibz, kamu tunggu aku di parkiran sekolah ya. Aku di panggil kepala sekolah tidak tahu untuk apa. Oke sayang" kata Lia sambiil mencium pipiku dan kemudian berlalu.

"Baiklah, beibz. Tapi jangan lama - lama ya."

Setelah menunggu selama 10 menit. Akhirnya Lia datang dan langsung menuju ke arahku.

"Beibz, maaf ya. Kita batalin saja acara kita untuk ke Mall har ini. Aku di beri tugas oleh kepala sekolah untuk membantunya memeriksa hasil ulangan anak kelas 2."

"Yaudah, gak apa - apa bebz. Kan aku juga bisa ikut membantu." jawabku

"Gak usah, Beibz. Sebaiknya kamu pulang saja ya. Takut kalau kamu ada kegiatan lain nantinya. Sebab tugas yang mau di periksa banyak."

Aku yang memang punya janji kepada temanku untuk berlatih bola sore ini pun akhirnya mengiyakan permintaan lia untuk tidak membantunya dan aku memutuskan untuk pulang naik angkot.

Setibanya di rumah aku bertemu dengan kak Adi yang memang lebih dulu pulang dari kampusnya dari aku. "Gus, tadi mama pesan, katanya kita di suruh belanja di supermarket yang ada di dekat sekolahmu" kata kak Adi yang memang malas kalau di suruh belanja oleh mama.

"Haha, mukanya yang biasa aja kak, Agus tahu kalau kakak tuh paling malas kalau dii suruh beli belajaan mama." kataku sambil mengejek kak Adi.

"Iya, Gus. Kakak paling malas kalau di suruh belanja. Nanti kalau di lihat cewek - cewek cantik, kakak di kira bukan cowok tulen lagi." tambah kak Adi dengan wajah tambah melas dan membosankan.

"Ya, sudah. Nanti biar aku saja yang membeli belanjaannya. Kakak cukup mengantarku dan menunggu aku di luar. Ya" kataku kepada kak Adi

"Sip, kamu memang adik kakak yang paling baik dan bisa ngertiin kakak." kata kak Adi sambil tersenyum

Setelah aku selesai mengganti pakaian dan makan. Akhirnya aku dan kak Adi pergi ke supermarket untuk membeli balanjaan yang ada di daftar belanjaan yang sudah di berikan ke kak Adi. Semua belanjaan yang ada di dalam daftar yang sudah di tulis oleh mama sudah terkumpul dan saatnya untuk membayar ke kasir. Saat aku ingin membayar ke kasir, mataku menangkap sosok seseorang yang sepertinya aku kenal dekat. Aku pun mendekatinya, benar saja itu adalah Lia yang sedang menggenggam tangan seseorang tapi aku tidak tahu siapa pria yang lagi bersamanya. Karena wajahnya di tutupi oleh topi yang di gunakannya apalagi dia menundukkan wajahnya. Seketika hatiku mulai panas ketika aku menurunkan sedikit tubuhku untuk melihat wajah lelaki yang sedang bersama Lia dan ternyata itu adalah Ryan. Saat itu juga hatiiku menjadi hancur.

"Keren sih kamu, Ryan. Bisa merebut Lia dari aku. Kamu tahu aku siapa? Aku sahabat dekat kamu dari SMP dan kamu tahu juga siapa Lia? Dia pacarnya sahabatmu. Tega ya sama sahabat sendiri. Aku sudah sering ngorbanin perasaan aku sendiri. termasuk saat kita lagi di kantin. Aku sudah nebak kalau kamu menyukai Lia. Tapi kamu harus sadar dong Ryan, Lia itu pacar aku. Mulai sekarang jangan pernah anggap aku sebagai sahabat kamu lagi. Aku benar - benar kecewa sama kamu. Dan untuk kamu pacar aku, mulai sekarang kita putus dan jangan pernah kamu perlihatkan lagi wajahmu di depan mukaku. Karena itu akan membuatku muak dan ingin muntah. Semoga kalian langgeng dan terima kasih banyak telah menghancurkan hatiku." aku pun langsung pergi meninggalkan mereka berdua.

"Agus, dengarkan penjelasan aku dulu. Aku gak ada hubungan apa - apa dengan Ryan. Aku dan Ryan cuma berteman biasa." kata Lia yang mengejarku sambil menangis.

"Lia sayang, apa kau pikir mata aku ini buta. Atau kau anggap aku tidak memiliki mata kalau aku melihat kalian berjalan begitu mesra bergandengan tangan? Aku masih punya hati, gak seperti kalian." kataku menghentikan langkahku sambil menunjuk wajah mereka berdua.

"Tapi, Gus. Pleas dengarkan penjelasanku dulu." ucap Ryan

"Apa lagi yang ingin elo jelasin ke gua? Jangan pernah loe anggap gua sahabat loe lagi. Gua udah muak liat muka loe. Gua percaya, karma masih berlaku buat gua. Congrat ya buat kalian orang yang udah nyakitin gua.'' kataku sambil berlalu menuju meja kasir untuk membayar tagihan belanjaanku tadi. Kemudian keluar menuju dimana tempat kak Ad berada.

Kak Adi yang melihat perubahan dii wajahku langsung memegang bahuku dan bertanya. "Agus? Ada apa? kenapa wajahmu terlihat seperti orang yang lagi tertimpa seribu masalah?"

"Lia kak, Dia selingkuh dengan sahabatku sendiri si Ryan." kataku dengan nada masih sedikit emosi.

"Kurang ajar tuh si Ryan. Beraninya nyakiti perasaan adik gua. Dimana dia sekarang? Biar kakak beri dia pelajaran." seketika amarah kak Adi memuncak

"Tidak usah kak, kalau mau aku juga bisa memberikan pelajaran buatnya. Tapi aku masih punya hati nurani kak. Biarkan sajalah mereka. Agus juga sudah merelakannya kak." kataku sambil tersenyum kepada kak Adi.

"Ya sudah, kalau begitu kita langsung pulang saja. Kakak juga muak berlama - lama di tempat ini."

Akhirnya aku dan kak Adi pulang, di tengah perjalanan aku terus memikirkan peristiwa yang terjadi tadi. Aku benar - benar tidak habis pikir apa yang ada di otak mereka berdua, terutama Ryan. Dia benar - benar tidak tahu berterima kasih dan tega menyakiti sahabatnya sendri. Setibanya aku dirumah, aku langsung masuk kamar dan menguncinya rapat. ku buka buku diaryku dan menulis "Dear diary, Kenapa semua ini harus terjadi dengan diriku? Aku salah apa sama mereka? Apa aku pernah nyakiti perasaan mereka seperti mereka menyakiti perasaanku hari ini? Aku bingung harus berbuat apa sekarang? Orang yang aku cintai sekarang sudah tidak ada. Sahabat yang menjadi kepercayaanku dulu, sekarang sekarang sudah menjadi pengkhianat, benar - benar pengkhianat." dan aku terus bertanya - tanya dalam hati sampai aku lelah dan tertidur dengan perasaan yang menyakitkan.

Hari terus berlalu, aku melewati semua in dengan rasa penuh kekecewaan dan sangat menyakitkan. Tapi aku harus tegar dan aku tidak boleh menangisi cewek seperti Lia.

Dua tahun telah berlalu dan sekarang aku pun sudah bisa melupakan semua kejadian dua tahun yang lalu. Sekarang aku sudah mempunyai kekasih hati yang baru dan aku berharap dia setia dan tidak menyakitiku. Aku bahagia dengan yang sekarang. Aku ingin melupakan masa laluku di SMA dulu. Aku tidak ingin terpuruk dengan masa TMT itu. Aku akan menjalani hubunganku dengan yang sekarang...




Tidak ada komentar:

Posting Komentar